Fokustoday.com – Jakarta, 8 Februari 2019.
Dalam perhelatan pilpres 2019 banyak beredar berita bohong alias hoaks yang menyerang calon presiden nomor urut 01 Jokow Widodo (Jokowi).

Ilustrasi – Hoaks
Jokowi selama ini seringkali mendapat serangan dengan berita hoaks yang tersebar di media sosial meskipun berita-berita tersebut tidak terbukti atau sudah diklarifikasi.
Menurut lembaga pemantau percakapan publik PoliticaWave mencatat setidaknya ada sepuluh isu hoaks seputar pemilihan presiden 2019 yang banyak diperbincangkan warganet di media sosial.
Direktur Eksekutif PoliticaWave Yose Rizal mengatakan, sepuluh isu hoaks yang banyak diperbincangkan itu digunakan untuk menyerang calon presiden petahana Joko Widodo atau Jokowi.
“Terlihat bahwa sepuluh isu hoax terbesar ditujukan untuk menyerang Jokowi,” kata Yose di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis, 7 Februari 2019.
Baca Juga :
- Inilah “Propaganda Rusia” Yang Dimaksud Jokowi
- Bea Cukai Buka Suara Soal 7 Kontainer Surat Suara Yang Sudah Dicoblos
- Dokter Bedah Sebut Ratna Tak Dianiaya, Fadli Zon, Andi Arief dan Fahri Hamzah Ngeyel
- Tengku Zulkarnain Sebarkan Hoaks 7 Kontainer Surat Suara Tercoblos, TKN Minta Polri Memproses
- Isu Tenaga Kerja Asing Dipolitisasi Sehingga Menimbulkan Ketakutan
Sepuluh isu hoaks itu ialah isu Ratna Sarumpaet dipukuli, utang pemerintah, tujuh kontainer surat suara tercoblos, e-toll dari utang Cina, e-KTP palsu dari Cina, Jokowi dituduh PKI, Jokowi gunakan konsultan asing, ijazah SMA Jokowi palsu, sepuluh juta tenaga kerja asing (TKA) Cina dan calon wakil presiden Ma’ruf Amin digantikan oleh Basuki Tjahaja Purnama.
Yose menyebut fenomena hoaks di pilpres 2019 meningkat 3-4 lipat ketimbang pilpres 2014. Kala itu, ujar Yose, hoaks yang menyerang Jokowi sudah 7x lipat dibanding Prabowo.
“Dari Pilpres 2014 sampai 2019 terlihat bahwa Jokowi adalah korban hoaks politik,” kata Yose.
Yose mengatakan pemantauan itu mencakup media sosial Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, portal berita online, dan forum online. Dia mengklaim telah mengeluarkan akun bot, yakni akun yang dioperasikan oleh mesin, dari populasi akun yang diamati. Pemantauan itu berlangsung pada 28 Januari – 4 Februari 2019. (FT/tempo/am)